Senin, 28 September 2009

Acuan dan Perancah


ACUAN DAN PERANCAH
Program Keahlian : TKBB

Definisi :
Suatu konstruksi pembantu yang bersifat sementara yang merupakan cetakan / mal ( beserta pelengkapnya ) pada bagian samping dan bawah dari suatu konstruksi beton yang dikehendaki.

Syarat acuan dan perancah
1. Kuat
2. Kokoh / stabil
3. Tidak bocor
4. Mudah dibongkar
5. Ekonomis
6. Bersih



BAGIAN BAGIAN KONSTRUKSI



1. Bagian Acuan :
---a. Cetakan
---b. Gelagar balok
---c. Gelagar utk cetakan lantai/ pengaku cetakan balok.
---d. Papan penjepit cetakan.


2. Bagian Perancah :
---e. Tiang perancah
---f. Baji
---g. Landasan

3. Bahan yang digunakan
---a. Kayu
---b. Multipleks
---c. Paku
---d. Benang



4. Bahan Pelepas Cetakan
Berfungsi untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi daya lekat antara cetakan dan beton.

Bahan- bahan yang digunakan
1.Minyak pelumas
2.Meni
3.Air
4.Kapur
5.Plastik



SAMBUNGAN

1. Sambungan untuk cetakan bawah ( papan dengan papan ), diletakkan ditengah tumpuan dan masing – masing sisi dipaku 2 buah paku



2. Sambungan untuk cetakan samping ( papan dengan papan ), papan dirangkai dengan menggunakan klam perangkai.
sambungan tsb tidak boleh segaris



3. Sambungan gelagar dengan tiang.
pada konstruksi sederhana, gelagarnya memakai papan dan sambungan dengan tiang cukup dipakukan saja.

Untuk k’si yg memikul beban berat, gelagarnya memakai balok 6/12 untuk gelagar utama, sedang pembaginya ukuran 5/7


4. Sambungan tiang dengan tiang
penempatan sambungan ini jangan diletakkan pada tengah dari tinggi tiang, krn daerah ini terjadi tekuk yg paling besar.


Dan peletakan sambungan ini untuk satu dan lainnya jangan segaris lurus.





PEMAKUAN

Pemakuan yang berhubungan langsung dengan cetakan berfungsi sebagai pegangan agar tidak bergeser, shg pemakuan hanya sedikit saja dan panjang paku tidak terlalu panjang.

Untuk pemakuan yang lain minimal dua buah paku dan dibuat tidak segaris




PEMBONGKARAN

1. Pembongkaran dilakukan bila umur beton telah mencapai cukup umur ( 28 hari )
2. Pada cetakan samping pembongkaran bisa dilakukan lebih dahulu dari pada cetakan bawah.




TYPE BEGISTING

1.Sistem konvensional / tradisional
a. Banyak bahan terbuang
b. Tenaga kerja banyak
c. Waktu kerja lama
d. Pemakaian berulang terbatas


2.Semi sistem
Untuk komponen pracetak


3.Sistem penuh / pabrikan
a. Biaya investasi tinggi
b. Umur pemakaian lama
c. Multiguna
d. Dilengkapi dengan gambar sistem


Pertimbangan Pemilihan Bekisting
1. Pertimbangan jenis pekerjaan :
---a. Rumit / khusus ……. Tradisional / semi sistem
---b. Modulair ……………. Semi sistem
---c. Tinggi / typikal ……. Sistem penuh
2. Penguasaan teknologi …… SDM
3. Ketersediaan peralatan
4. Ekonomis

(Sumber : fisuharoh.files.wordpress.com)

SOAL EVALUASI

1. Sebutkan definisi acuan dan perancah!

2. Sebutkan 5 syarat acuan dan perancah!

3. Sebutkan 4 bagian acuan!

4. Sebutkan 3 bagian perancah!

5. Sebutkan 4 bahan/alat yang digunakan dalam pembuatan acuan dan perancah!

6. Gambarkan acuan dan perancah lengkap dengan nama bagian-bagiannya!

7. Gambarkan sambungan cetakan bagian bawah (antara papan dengan papan)

8. Gambarkan sambungan cetakan bagian samping (antara papan dengan papan)

9. Gambarkan sambungan gelagar 6/12 dengan tiang 5/7 pada acuan dan perancah

10. Gambarkan sambungan tiang 5/7 dengan tiang 5/7 pada perancah.

Selamat Mengerjakan

TUGAS 3

1. Gambarlah rencana pembangunan Ruang TSP Lantai II, yang meliputi :

  • Footplate
  • Kolom 25/40
  • Sloof 15/20
  • Balok 25/40
  • Plate lantai tebal 12 cm

2. Hitunglah volume beton tersebut, yang meliputi (footplate; kolom, sloof, balok dan plate lantai).

3. Hitunglah kebutuhan begistingnya (acuan dan perancah)

4. Gunakan Analisa Pekerjaan dibawah ini untuk menghitung kebutuhan bahan beton (semen, pasir, kericak dan besi tulangan)

5. Gunakan Analisa Pekerjaan dibawah ini untuk menghitung kebutuhan bahan begisting (acuan dan perancah).


SNI G.6.1 1 M3 Pekerjaan beton tumbuk 1Pc : 3Ps : 5Kr (SNI-2002)
4,3600 zak PC
0,8700 m3 split
0,5200 m3 pasir beton
0,0800 mandor
0,0250 kepala tukang batu
0,2500 tukang batu
1,6500 pekerja


SNI G.6.13 1 M3 Membuat beton bertulang 1Pc : 2Ps : 3Kr (SNI-2002)
6,7200 zak PC
0,8100 m3 split
0,5400 m3 pasir beton
1,0000 mandor
0,0350 kepala tukang batu
0,3500 tukang batu
2,0000 pekerja

RSNI G.6.17 10 Kg Pembesian dengan besi polos atau besi ulir (SNI-2008)
10,5000 kg besi (polos/ulir)
0,1500 kg kawat beton
0,0040 mandor
0,0070 kepala tukang besi
0,0700 tukang besi
0,0700 pekerja


RSNI G.6.20 1 M2 Pasang bekisting untuk pondasi (SNI-2008)
0,0400 m3 kayu bekisting
0,3000 kg paku
0,1000 lt minyak bekisting
0,0260 mandor
0,0260 kepala tukang kayu
0,2600 tukang kayu
0,5200 pekerja


RSNI G.6.21 1 M2 Pasang bekisting untuk sloof (SNI-2008)
0,0450 m3 kayu bekisting
0,3000 kg paku
0,1000 lt minyak bekisting
0,0260 mandor
0,0260 kepala tukang kayu
0,2600 tukang kayu
0,5200 pekerja


RSNI G.6.22 1 M2 Pasang bekisting untuk kolom (SNI-2008)
0,0400 m3 kayu cetakan
0,4000 kg paku
0,2000 lt minyak bekisting
0,0150 m3 balok kayu kelas II
0,3500 lbr plywood tebal 9mm
2,0000 btg dolken kayu gelam
0,0330 mandor
0,0330 kepala tukang kayu
0,3300 tukang kayu
0,6600 pekerja


RSNI G.6.23 1 M2 Pasang bekisting untuk Balok (SNI-2008)
0,0400 m3 kayu cetakan
0,4000 kg paku
0,2000 lt minyak bekisting
0,0180 m3 balok kayu kelas II
0,3500 lbr plywood tebal 9mm
2,0000 btg dolken kayu gelam
0,0330 mandor
0,0330 kepala tukang kayu
0,3300 tukang kayu
0,6600 pekerja


RSNI G.6.24 1 M2 Pasang bekisting untuk Lantai (SNI-2008)
0,0400 m3 kayu cetakan
0,4000 kg paku
0,2000 lt minyak bekisting
0,0150 m3 balok kayu kelas II
0,3500 lbr plywood tebal 9mm
6,0000 btg dolken kayu gelam
0,0330 mandor
0,0330 kepala tukang kayu
0,3300 tukang kayu
0,6600 pekerja

Minggu, 27 September 2009

Scaffolding Bagian I

Scaffolding
Scaffolding digunakan sebagai alat bantu dalam pengerjaan proyek. Scaffolding sendiri terbuat dari pipa-pipa yang dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan untuk menopang beban yang ada di atasnya.
Dalam pengerjaan suatu proyek, butuh atau tidaknya penggunaan scaffolding bisa tergantung kepada pemilik proyek. Karena adanya perbedaan biaya menggunakan kayu dan biaya penggunaan scaffolding.
Scaffolding digunakan sebagai pengganti kayu dalam membangun suatu proyek. Seperti diketahui bahwa pemerintah sedang mencanangkan go green untuk melestarikan hutan yang ada di Indonesia, sehingga hutan dapat menghasilkan banyak oksigen bagi kita semua. Mari beralih ke scaffolding untuk pembangunan kita.



(Sumber Jaya Karya Scaffolding)



(Sumber Grandhome Scaffold)

Lihat Scffolding Bagian II

Jumat, 11 September 2009

Bapak Beton

ROOSSENO, Bapak Beton Indonesia

Tulisan dibawah ini dibuat Prof.Dr.Ir. Wiratman Wangsadinata, lulusan ITB (dulu UI) tahun 1960 yang telah dimuat di Harian Kompas 2 Agustus 2008.Tanggal 2 Agustus 2008 adalah tepat 100 tahun kelahiran Prof. DR (HC) Ir. Roosseno dan sehubungan dengan itu alangkah baiknya kita simak kembali jasa-jasanya sebagai pelopor di bidang ilmu beton, inovator dalam memecahkan berbagai masalah Teknik Sipil, pendidik kharismatik, pendorong generasi muda untuk mempertebal rasa percaya diri dan percaya akan kemampuan bangsa Indonesia sendiri.


Penulis sebagai mantan mahasiswanya, mantan asistennya, mantan mitra kerjanya dan mantan sesama konsultan sebelum ia meninggal pada tahun 1996 sempat mengikuti semua itu. Predikat Bapak Beton Indonesia tepat sekali diberikan kepada Pak Roosseno. Sejak ia bekerja di Departement van Verkeer en Waterstaat tahun 1935, ia berhasil meyakinkan atasan-atasannya, untuk mengutamakan penggunaan beton dalam pembangunan jembatan di Indonesia.





Alasannya, bahan-bahan dasar beton seperti pasir, batu pecah, semen dan kayu perancah dapat dibeli di Indonesia sendiri, sehingga biaya pengadaannya akan masuk ke dalam kantong rakyat dan ikut mensejahterakan rakyat. Ini merupakan kebijaksanaan langka Pemerintah kolonial Belanda yang berpihak pada kepentingan rakyat Indonesia. Di masa pendudukan Jepang, tanggal 1 April 1944 Pak Roosseno diangkat menjadi Guru Besar (Kyodju) dalam bidang Ilmu Beton di Bandung Kogyo Daigako. Kemudian, sebagai orang swasta yang baru hijrah dari Yogyakarta ke Jakarta, tanggal 26 Maret 1949 ia diangkat menjadi Guru Besar Luar Biasa dalam bidang Ilmu Beton di Universiteit van Indonesiё, Faculteit van Technische Wetenschap di Bandung. Pak Roosseno menulis buku ajar beton pertama dalam bahasa Indonesia tahun 1954.


Beton pratekan mulai diperkenalkan di Indonesia oleh Pak Roosseno melalui kuliah-kuliahnya di ITB tahun 1949, juga melalui tulisan-tulisan dalam Majalah Insinyur Indonesia tahun 1959.


Struktur beton pratekan pertama di Indonesia akhirnya terwujud dalam tahun 1961 pada pelataran Monumen Nasional berukuran 45m x 45m dan pada Jembatan Semanggi di Jakarta berbentang 50m. Pelataran Monumen Nasional direncanakan oleh Pak Roosseno dengan sistem prategangan Freyssinet dari Perancis dan dilaksanakan PN. Adhi Karya. Jembatan Semanggi direncanakan dan dilaksanakan PN. Hutama Karya di bawah pimpinan Ir. Sutami dengan sistem prategangan BBRV dari Swiss. Dalam mendorong rasa percaya diri dan percaya akan kemampuan bangsa Indonesia sendiri, dalam pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Universiteit van IndonesiŃ‘ di Bandung tanggal 26 Maret 1949 dan dalam pidato pengukuhan Doktor Honoris Causa di ITB tanggal 25 Maret 1977, Pak Roosseno menyanggah isi syair sastrawan Inggris Rudyard Kipling (1865 – 1936): “Oh, East is East, and West is West, and never the twain shall meet”. Syair ini menyatakan, bahwa orang Timur tidak mungkin dapat mencapai kesetaraan dengan orang Barat, suatu ungkapan yang sangat menyakitkan hati. Karena itu, Pak Roosseno mengajak seluruh generasi muda untuk membuktikan, bahwa sajak itu seharusnya berbunyi: “Oh, East is East, and West is West, but this time the twain shall meet”. Pak Roosseno sendiri telah membuktikannya, dengan lulus dari Technische Hooge School Bandung tanggal 1 Mei 1932 dengan nilai tertinggi di antara 7 orang Belanda dan 1 orang Tionghoa. Dalam menghadapi pihak asing semboyan harus percaya akan kemampuan nasional, sering diucapkan Pak Roosseno. Bahwa hal ini benar, terbukti dari berbagai peristiwa. Ketika di awal tahun 1970-an pembangunan gedung tinggi mulai merebak, Gubernur Ali Sadikin membentuk Tim Penasehat Konstruksi Bangunan (TPKB) tanggal 1 Juli 1972 dengan Pak Roosseno sebagai Ketua dan Penulis sebagai Wakil Ketua, dengan tugas memeriksa rencana gedung-gedung tinggi tersebut. Setelah diperiksa oleh TPKB banyak rencana konsultan asing yang “ngawur”. Pertamina Tower (sekarang Gedung BPPT-I), tahun 1973 dihentikan pembangunannya oleh Pemda DKI atas rekomendasi TPKB, karena perencanaan strukturnya terhadap gempa tidak betul. Pak Roosseno mengabdi di TPKB sampai akhir hayatnya (1972 – 1996), dan sampai tahun 1990 adalah Ketuanya.Pada tahun 1972 proyek pemugaran Candi Borobudur mendapat bantuan dari UNESCO dan suatu International Consultative Committee dibentuk untuk mengawasi aspek-aspek teknis pemugaran. Anggotanya terdiri dari ahli-ahli pemugaran dari 5 negara, yaitu Jepang, Amerika Serikat, Belgia, Jerman (Barat) dan Indonesia.

Pak Roosseno yang mewakili Indonesia ditunjuk sebagai Ketua dan Penulis sebagai Asisten. Pekerjaan pemugaran terdiri dari pembongkaran 2 juta batu dan batu arca, pemasangan pelat-pelat fondasi beton serta sistem pipa drainase, dan pemasangan kembali batu dan batu arca ke tempatnya semula. Karena penanganan masalah kestabilan lereng bukit Borobudur oleh 2 konsultan UNESCO bertele-tele dan tidak tuntas, tahun 1975 Pak Roosseno meminta Penulis untuk mengambil alih penanganan masalah ini. Untuk itu dibentuklah tim yang terdiri dari Penulis, Ir. Aziz Djayaputra dan 2 insinyur yang baru lulus waktu itu Ir. FX. Toha dan Ir. Indradjati Sidi. Laporan final akhirnya rampung yang menyimpulkan, bahwa semua tahap pemugaran adalah aman terhadap kelongsoran dan faktor keamanan jangka panjangnya adalah cukup memadai. Laporan ini disetujui oleh International Consultative Committee di Candi Borobudur tanggal 27 April 1976, sehingga pekerjaan fisik pemugaran dapat dimulai. Dengan begitu Pak Roosseno telah membuktikan, bahwa tim ahli nasional dapat diandalkan, bahkan lebih dari konsultan asing. Penyelesaian pemugaran Candi Borobudur diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 23 Februari 1983. Ketahanan Candi Borobudur terhadap gempa kuat telah teruji, ketika terjadi Gempa Bantul tanggal 27 Mei 2006 dengan magnitudo 6,3 Skala Richter, kedalaman 10 km dan jarak episenter dari Candi Borobudur sekitar 45 km. Ketika itu Candi Borobudur sama sekali tidak mengalami kelongsoran atau kerusakan.Transfer of Technology telah terjadi tahun 1973 pada pembangunan Jembatan Rantau Berangin yang melintasi Sungai Batanghari di Riau. Jembatan yang merupakan jembatan beton pratekan pertama di Indonesia yang dibangun dengan metoda kantilever segmental (freie Vorbau) direncanakan oleh konsultan Belanda NV. IBIS dan dilaksanakan oleh PN. Waskita Karya dengan Pak Roosseno selaku penasehatnya. Panjang jembatan seluruhnya adalah 200m dengan bentang tengah 120m dan ke dua bentang samping 40m. Dalam proyek ini Pak Roosseno berhasil menyerap semua hal baru yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan jembatan jenis baru ini. Dua tahun kemudian pada tahun 1975 jembatan serupa dibangun PN. Waskita Karya di atas Sungai Citarum di Rajamandala, dengan panjang total 222m dengan bentang tengah 132m dan ke dua bentang samping 45m. Dengan berbekal pengetahuan yang diperoleh dari proyek Jembatan Rantau Berangin, perencanaannya sepenuhnya dapat dilakukan oleh insinyur-insinyur Indonesia (termasuk Penulis) di bawah pengarahan Pak Roosseno. Transfer of technology telah terjadi efektif dan nyata.Dalam bidang ilmu beton dan Teknik Sipil Pak Roosseno telah menghasilkan berbagai-bagai solusi yang inovatif yang disajikan dalam banyak publikasi. Pak Roosseno telah terlibat dalam banyak proyek penting sebagai Penasehat Pemilik Proyek, Penasehat Kontraktor atau sebagai Konsultan, seperti pada proyek-proyek Bank Indonesia, Gedung Sarinah, Hotel Indonesia, Wisma Nusantara, Samudera Beach Hotel, Ambarukmo Hotel, Bali Beach Hotel, Masjid Istiqlal, Dermaga Tanjung Priok dan lain-lain. Saat ini untuk berbagai inovasi, Pak Roosseno masih memegang patennya.Di samping banyak sekali ceritera sukses, ada juga yang kurang sukses mengenai buah karya Pak Roosseno. Yang pertama mengenai Jembatan Sarinah berbentang 40m di atas Jalan Wahid Hasyim, Jakarta, yang runtuh tanggal 28 Februari 1981 akibat putusnya balok tarik beton pratekan penahan gaya reaksi horisontal di bawah Jalan Wahid Hasyim, karena baja prategangnya berkarat. Kekecewaan ke dua bagi Pak Roosseno adalah tidak berhasilnya gagasan meningkatkan daya pikul gelegar komposit baja-beton dengan memberikan prakompresi dengan mengerjakan gaya horisontal dengan dongkrak pipih (flat jack) pada pelat betonnya. Sistem ini dicoba pada Jembatan Kali Ciliwung di Condet yang terdiri dari 3 bentang 24m, 48m dan 24m. Namun selang beberapa waktu prakompresinya hilang, sehingga jembatan harus diperkuat tahun 1994. Hal ini menunjukkan, bahwa pemberian prakompresi melalui transfer gaya tekan dari pelat beton ke gelegar baja masih harus diteliti lebih lanjut. Namun, Pak Roosseno tidak sempat menyelesaikan penelitian ini, karena keburu dipanggil oleh Sang Khalik pada tanggal 15 Juni 1996 dalam usia 88 tahun.Pak Roosseno tetap tegar sampai akhir hayatnya, pantang menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan baik dalam hidup maupun bidang profesi, dilandasi oleh jiwa pengabdian untuk kemajuan dan kejayaan Tanah Air dan Bangsa. Yang jelas menjelang akhir hayat dalam usia senja, Pak Roosseno tampak bahagia dan bangga melihat mantan-mantan mahasiswanya dan generasi muda pada umumnya telah berhasil mengambil alih tongkat estafet pengembangan keinsinyuran di Indonesia dari tangannya.

(Sumber : Tokoh - Tempo)

Scaffolding Bagian II

Scaffolding
Scaffolding digunakan sebagai alat bantu dalam pengerjaan proyek. Scaffolding sendiri terbuat dari pipa-pipa yang dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan untuk menopang beban yang ada di atasnya.
Dalam pengerjaan suatu proyek, butuh atau tidaknya penggunaan scaffolding bisa tergantung kepada pemilik proyek. Karena adanya perbedaan biaya menggunakan kayu dan biaya penggunaan scaffolding.
Scaffolding digunakan sebagai pengganti kayu dalam membangun suatu proyek. Seperti diketahui bahwa pemerintah sedang mencanangkan go green untuk melestarikan hutan yang ada di Indonesia, sehingga hutan dapat menghasilkan banyak oksigen bagi kita semua. Mari beralih ke scaffolding untuk pembangunan kita.


Cara Pemasangan Scaffolding
Cara pemasangan scaffolding dari tingkat pertama ini bisa diterapkan untuk tingkatan selanjutnya yang ada di atasnya. Bila pemasangan lebih tinggi lagi, kami sarankan cara pemasangan scaffolding ini tidak dilakukan sendiri.
Pemasangan scaffolding beberapa tingkat ke atas sebaiknya dilakukan oleh 2-3 orang dengan menggunakan tali tambang sebagai pembantu menaikkan scaffolding ke tingkat atas. Utamakan keselamatan pada saat pemasangan scaffolding.
Cara pemasangan scaffolding yang benar untuk beberapa tingkatan ke atas adalah dengan menggunakan pipa penunjang scaffolding itu sendiri. Dan menggunakan pipa penunjang juga untuk mengikat scaffolding ke bangunan itu sendiri.



Bagian-bagia Scaffolding / SteigerScaffolding, antara lain:
1.Main Frame
2.Ladder Frame
3.Cross Brace
4.Joint Pin
5.Catwalk
6.Pipe Support
7.Tearot
8.Roller Coaster
9.Clamp
10.U-head&J-Base



Scaffolding terbuat dari bahan black steel pipe dengan ukuran 1 1/ 4" dan ketebalan 2mm. Satu unit Scaffolding merupakan suatu kesatuan ataupun dapat dipisahkan menjadi masing-masing bagian. Satu set scaffolding minimal berupa :
2 bh Main Frame, 2 bh Cross Brace, 4 bh Joint Pin.



Scaffolding - Sets



Komponen-komponen penyusunan:

1. Pelat besi pada bagian bawah susunan dengan meletakkannya secara horizontal.
2. Jack Base, digunakan sebagai dasar untuk menyesuaikan dan memperbaiki ketinggian diatas pelat besi.
3. Main Frame, memasukkan frame di atas jack base.
4. Cross Brace, untuk menguatkan posisi setiap main frame.
5. Joint Pin, dimasukkan pada bagian atas sebuah main frame untuk menyatukan dengan level ketinggian selanjutnya.
6. Horizontal / Catwalk, digunakan untuk menguatkan / mengencangkan untuk melengkapi lantai pertama susunan. Dapat dirancang sekitar 2 atau 4 space tinggi lantai sebagai alternatif penghematan.


Joint Pin



Joint Pin adalah pen(socket) penghubung antara Main Frame dengan Main Frame yang lain yang disusun diatasnya.



Horizontal Frame

Horizontal digunakan untuk memperkokoh kedudukan main frame yang telah disusun.





CATWALK

Catwalk dipasang diantara 2 bh mainframe yang digunakan untuk memudahkan tenaga kerja dapat berjalan diatas main frame.



U-HEAD & JACK BASE
U-HEAD digunakan untuk ditempatkan pada lubang atas Main Frame yang berfungsi sebagai penyangga balok, sementara J-BASE ditempatkan pada lubang bawah Main Frame yang berguna untuk mengatur ketinggian posisi dan mengatasi masalah ketidak rataan pada permukaan tanah pada proyek





Base Plate





Dipergunakan sebagai alat bantu roda untuk menyambung terhadap Scaffolding











Stair (Tangga)


Stair ( Tangga) digunakan untuk pengaman pada saat hendak naik pada ketinggian tertentu pada susunan scaffolding


(Sumber Global Jaya http://www.indonetwork.co.id/global_jaya)

Kamis, 10 September 2009

Kesalahan Aplikasi Semen



Kesalahan yang sering muncul dalam aplikasi semen


Penyimpanan semen
Pada dasarnya salah-satu sifat semen adalah sangat mudah menyerap air / uap air / kelembaban udara di sekitarnya. Sedikit saja pada lingkungan berair, maka semen akan menyerapnya dan membuatnya menjadi mengeras dan tak dapat digunakan, Oleh karenanya, semen tidak boleh diletakkan langsung di atas permukaan tanah/lantai, sebaiknya diberi alas plastik, karton atau palet kayu.


Jenis semen yang tidak sesuai dengan peruntukan
Ada beberapa jenis semen yang diproduksi oleh pabrikan. Ada semen yang khusus dibuat agar tahan terhadap sulfat, contohnya semen yang digunakan untuk pembuatan saluran irigasi, dam, bendungan, bangunan tepi pantai, dsb.


Perbandingan komposisi yang tidak tepat
Adukan atau campuran antara semen dan pasir dibedakan menurut penggunaannya (lihat tabel Petunjuk Praktis Penggunaan Semen PCC). Sebagai contoh, perbandingan semen dan pasir untuk plesteran dinding adalah 1 : 7 s/d 8 dan untuk kamar mandi 1 : 3 s/d 5.


Pengerjaan yang tergesa-gesa
Dalam proses pengerjaan plesteran, dinding bata atau batako seharusnya dibasahi terlebih dahulu untuk menghindari timbulnya retak-retak akibat suhu panas dari bata atau batako yang diplester, karena suhu panas tersebut mencari celah keluar. Namun, proses ini sering diabaikan karena dianggap membuang waktu, memakan biaya dan boros air.


Pencampuran semen dan pasir tidak sempurna
Pada dasarnya campuran semen dan pasir harus merata terlebih duhulu sebelum ditambah air, namun sering dijumpai bahwa tukang menuang air sebelum campuran merata. Akibatnya, semen dan pasir tidak tercampur secara merata, sehingga ketika diaplikasikan ada bagian yang baik dan ada bagian yang tidak baik (lembek / mudah rontok).


Kualitas pasir tidak baik
Pasir yang mengandung tanah / tanah liat / lumpur menyebabkan pemakaian semen lebih boros dibandingkan dengan pasir yang bersih / bebas dari kandungan tanah / tanah liat / lumpur, misalnya pasir dari gunung berapi atau dari pantai yang sudah dicuci. Selain itu, adukan dengan pasir yang kurang baik dapat mengakibatkan daya rekat berkurang.

Aplikasi Semen Bagian II

A. Retak pada dinding
Kondisi retak pada dinding ada dua macam yakni retak struktur dan retak rambut :

1. Retak struktur :
• Retakan lebar
• Ukuran retakan > 1mm
• Terjadi akibat pergerakan tanah di bawah pondasi.
• Bila retakan > 2 mm, harus dilakukan perbaikan dengan merenovasi konstruksi fisik bangunan

2. Retak rambut :
• Retakan bercabang-cabang
• Ukuran retakan < align="left">• Terjadi akibat:
• Pekerjaan acian yang tidak sempurna misalnya aplikasi saat dinding dalam kondisi panas sehingga ikatan acian belum sempat menyatu dengan plesteran sudah kering terlebih dahulu
• Acian semen yang tipis dan belum kering kemudian dilapisi lagi dengan acian
• Cat yang digunakan tidak memiliki elastisitas yang baik.
• Pencegahannya lakukan penyiraman air sampai jenuh terlebih dahulu pada bidang-bidang yang akan diaci agar kondisi dinding lembab



B. Retak akibat penyusutan pada dinding

Retak ini disebabkan oleh :

1. Beton, plesteran dan acian yang dibuat terlalu banyak air sehingga pada saat pengeringan akan terjadi proses penyusutan.
2. Dalam jangka waktu lama batu bata mengalami pemuaian
3. Retak akibat muai susut seperti ini sering terjadi pada sambungan-sambungan yang lemah seperti sudut-sudut pada jendela.


C. Pergerakan pondasi atau dinding

Pergerakan struktur akan terjadi apabila :

1. Pondasi bangunan tidak stabil, seperti satu bagian menurun akibat dari bagian lain yang kondisinya tidak baik.
2. Karena pergerakan struktur ditandai dengan retak secara diagonal.

D. Retak akibat pergerakan struktur

Retak ini disebabkan oleh :
1. Bangunan tersebut menerima beban terlalu berat.
2. Batas toleransi berubahnya balok struktur adalah maksimum L/360 bentang yang banyak terjadi pada struktur.
3. Retak akibat balok struktur yang melengkung ditandai oleh retak horizontal sepanjang pasangan bata diantara bentang balok.
4. Pergerakan dinding dapat juga terjadi oleh akar pohon yang mengangkat pondasi bangunan tersebut atau terjadi penurunan pada tanah yang bersebelahan dengan bangunan tersebut.


E. Retak pada plester

Retak ini disebabkan antara lain oleh :

1. Pasir dengan kadar lumpur dan organik yang tinggi.
2. Terlalu banyak/sedikit semen
3. Terlalu banyak/sedikit air
4. Persiapan substrate yang buruk
5. Dinding terlalu kering
6. Aplikasi pada cuaca panas yang sangat terik dan tiupan angin kencang.




F. Retak pada pertemuan dinding

Retak ini disebabkan oleh :

Plesteran menutupi dua bidang yang berbeda, seperti misalnya pasangan bata dan permukaan beton.

Pencegahan :

1. Diantara kedua permukaan yang berbeda tersebut harus dibuat dilatasi.
2. Pada tempat yang dibuat dilatasi tersebut diisikan besi strip, fiber glass atau rubber sealent untuk memperkuat plester.
3. Daya rekat spesi pasangan bata pada sudut-sudut pertemuan dinding harus kuat karena pada tempat-tempat seperti ini rawan terjadi retak.


G. Retak akibat pemasangan conduit

Retak ini disebabkan oleh :

Chapping untuk menanam kabel (conduit).

Pencegahan :

1. Sebaiknya conduit dibuat paling tidak satu hari sebelum dinding diplester dan chapping dilakukan pada permukaan bata.
2. Pastikan pekerjaan conduit telah selesai sebelum memulai plesteran dinding pada kedua sisinya.




H. Retak akibat ketebalan plesteran

Retak ini disebabkan oleh :

Perbedaan ketebalan plesteran akan menyebabkan penyusutan dan pengeringan yang berbeda dan akibatnya akan terjadi retak pada plesteran yang paling tipis terutama pada sudut.

Pencegahan :

Plesteran dibuat dengan ketebalan yang sama pada semua bagian.

Aplikasi Semen Bagian I

Tips-tips Aplikasi Dari Semen
Membuat dinding yang baik


Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material pembentuk dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.
Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material pembentuk dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.


Problem-problem umum pada aplikasi semen

Segregasi


Segregasi adalah pemisahan agregat kasar dari adukannya akibat campuran yang kurang lecak.
Penyebabnya :1. Slump yang terlalu rendah2. Gradasi agregat yang kurang baik3. BJ agregat kasar >> BJ agregat halus4. Agregat halus terlalu sedikit5. Campuran beton terlalu kering atau terlalu basah6. Tinggi jatuh pengecoran terlalu tinggi7. Penggunaan alat penggetar terlalu lama
Penanggulangannya :1. Hindari perjalanan campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu jauh2. Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan atau tanpa bahan admixture3. Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton dengan cara menambah bahan



Bleeding



Bleeding adalah “Mixing Water” yang naik ke permukaan beton sesaat setelah beton selesai dicor dan partikel agregat kasar turun ke bawah.
Penyebabnya :1. Campuran terlalu basah (W/C ratio terlalu tinggi) atau adanya penambahan air pada saat pengecoran2. Rancangan campuran beton yang kurang baik sehingga tidak cukup material halus untuk menahan “laju” air ke permukaan beton.
Penanggulangannya :Manambah kandungan “finer” antara lain dengan :1. Mengkombinasi pasir kasar dengan pasir yang lebih halus atau dengan Abu batu. Tujuan dari penambahan ini agar campuran beton lebih “kohesif”2. Menaikkan jumlah semen (sampai batas tertentu). Dari penambahan ini maka admixture yang dibutuhkan untuk menjaga workabilitas akan bertambah.



Shrinkage Crack

Shrinkage (susut) adalah :1. Perubahan volume beton ke arah yang lebih kecil akibat mengeringnya beton pada waktu mengeras.2. Menyebabkan terjadinya retak pada beton. Retak dapat berbentuk retak rambut atau retak antara 1-2 mm dan biasanya retak ini dikategorikan retak non-struktural.3. Shrinkage biasanya berlangsung hingga 3 hari.
Penyebabnya :1. Faktor air semen (FAC) terlalu tinggi.2. Pemakaian semen terlalu banyak.3. Modulus kehalusan agregat tidak memenuhi syarat.4. Intensitas pengadukan yang kurang baik.5. Kelembaban udara.
Penanggulangannya :Penggunaan curing compound untuk memperkecil resiko shrinkage cracking.Type curing compound yang dapat digunakan :1. Sodium silicate based material.~ Meresap ke dalam beton.~ Mempercepat proses hidrasi semen yang ada di permukaan struktur sehingga retak akibat susut beton dapat dihindari.~ Agar lebih sempurna, penggunaan/penyemprotan harus diulang antara 1-3 hari.2. Wax based material.~ Membentuk lapisan membran di permukaan beton.~ Lapisan membran tersebut akan mengatur kecepatan evaporasi.~ Untuk aplikasi beam, coloum, menggunakan clear curing compound.~ Untuk aplikasi jalan beton semen sebaiknya menggunakan white pigmented



Bug Holes

Bug holes adalah rongga (lubang) kecil yang timbul pada permukaan beton yang sudah mengering.
Penyebabnya :Bug holes terjadi akibat udara yang “terjebak” di dalam beton. Udara di dalam beton timbul akibat proses mekanisme saat pengadukan beton. Rata-rata beton normal memiliki kandungan udara sebesar 2%.
Penanggulangannya :1. Penggunaan mold oil yang tidak bersifat “sticky” seperti water based mold oil dapat membantu mengurangi bug holes.2. Dalam penggunaan water based mold oil harus sesegera mungkin (maks. 6 jam) dilanjutkan dengan pengecoran.3. Memodfikasi mix design agar beton lebih kohesif diantaranya dengan menaikkan kadar pasir sehingga dapat me-minimize bug holes.4. Mengingat posisi flens yang miring dan cenderung menghambat udara untuk keluar sehingga bug holes tidak seluruhnya hilang, dapat diperbaiki dengan finishing untuk memperbaiki tampilan girder.


Efflorescence (pengkristalan)
Penyebab:Akibat garam-garam yang bersifat alkali terbawa kepermukaan plesteran, beton atau batako. Bila kristal-kristal tersebut muncul di bawah lapisan cat dan disertai kelembaban tembok akan menyebabkan lapisan cat rusak.
Pencegahan:1. Pengecatan dilakukan setelah tembok atau plesteran atau beton telah kering sempurna di mana kadar alkali dan kadar air dari permukaan tersebut telah memenuhi syarat yang ditentukan.2. Permukaan yang mengandung kristal dari garam-garaman harus dibersihkan terlebih dahulu dan dibiarkan sampai tidak keluar lagi.
Perbaikan:1. Bila pengkristalan belum merusak lapisan cat, bersihkan dengan kain basah dan keringkan.2. Amplas permukaan cat agar lebih porous (pori-pori terbuka) sehingga air dan garam-garaman mudah keluar. Setelah pengkristalan tidak terjadi lagi lakukan pengecatan ulang.3. Bila pengkristalan telah merusakkan lapisan cat maka harus dilakukan pengerokan sampai dasar, bersihkan permukaan sampai pengkristalan tidak terjadi lagi dan lakukan pengecatan ulang.



Water spot (bercak-bercak seperti basah)
Penyebab:Penggunaan plamir yang belum kering sempurna dan kemudian diberi lapisan cat, maka sisa-sisa air dari plamir tersebut terjebak diantara dua lapisan plamir dan cat sehingga menyebabkan timbulnya bercak seperti basah.
Pencegahan :1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan kering sempurna.2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan:1. Amplas permukaan lapisan cat agar lebih porous sehingga air dapat dengan mudah keluar.2. Bila jamur telah tumbuh pada bagian-bagian yang basah tersebut, cuci dengan kaporit dan kemudian lap dengan kain basah untuk menghilangkan sisa-sisa kaporit.3. Biarkan mengering sempurna sebelum dilakukan pengecatan ulang, bila dirasa perlu beri lapisan Wall Sealer yang sesuai.



Blistering (menggelembung)
Penyebab:1. Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga terdapat air atau cairan lain yang tertahan di bawahnya dapat mengakibatkan menggelembungnya lapisan cat tersebut.2. Pengecatan pada permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat lapisan cat, sehingga kemungkinan terjadinya gelembung-gelembung akan lebih besar. Solvent (pengencer) dapat tertahan dibawah lapisan cat bila pengecatan dilakukan sekaligus tebal dan langsung terkena sinar martahari.3. Lapisan cat paling atas akan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawah masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap solvent (pengencer) tersebut akan terjebak di bawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan tersebut sehingga terjadi gelembung.
Pencegahan :1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan kering sempurna.2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan :1. Jika terlalu banyak gelembung yang terbentuk, maka lapisan cat harus dikerok seluruhnya.2. Bersihkan permukaan, kemudian berilah lapisan cat dasar bilamana diperlukan sebelum dilapisi cat akhir.3. Bila gelembung yang terjadi sedikit, maka perbaikan hanya pada bagian yang menggelembung saja.



(Bersambung ke Bagian II)



Minggu, 06 September 2009

Spektrum Produktip TKBB (Bagian II)

B.1
Menghitung konstruksi sederhana
(202)
1. Menghitung konstruksi bangunan gedung sederhana
2. Menghitung konstruksi bangunan air sederhana
3. Menghitung konstruksi jembatan sederhana
4. Menghitung konstruksi jalan sederhana.
B.2
Membuat gambar pelaksanaan konstruksi
(252)
1. Mengidentifikasi simbol gambar konstruksi batu beton.
2. Menggambar dasar-dasar gambar teknik.
3. Menggambar konstruksi beton pada konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
4. Menggambar pasangan batu pada konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
5. Membuat gambar kerja konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
1. Menggambar konstruksi beton pada konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
2. Menggambar pasangan batu pada konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
3. Membuat gambar kerja konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
4. Menggambar dengan perangkat lunak (software) untuk gambar teknik (A.1.6)
B.3
Menyusun rencana anggaran biaya (RAB) konstruksi
(126)
1. Mengidentifikasi jenis bahan konstruksi.
2. Melakukan analisa satuan bahan dan upah kerja.
3. Menghitung RAB konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
B.5
Mengelola pekerjaan konstruksi
(126)
1. Mendeskripsikan unsur-unsur pengelolaan pekerjaan konstruksi.
2. Membuat jadwal pengelolaan material, tenaga kerja, peralatan dan waktu pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
3. Membuat laporan pekerjaan pada konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
B.4
Menggunakan peralatan tangan dan mekanik listrik pada konstruksi batu dan beton
(117)
1. Menentukan peralatan tangan dan mekanik/ listrik pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
2. Menggunakan peralatan tangan dan mekanik/listrik pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
B.7
Melaksanakan pengukuran konstruksi.
(117)
1. Mengidentifikasi peralatan pengukuran dan leveling.
2. Melaksanakan pengukuran pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
3. Memasang papan duga (bouwplank) pekerjaan pada pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
4. Melaksanakan leveling pada pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
B.6
Melaksanakan pemeriksaan bahan bangunan
(68)
1. Mendeskripsikan prosedur pemeriksaan bahan bangunan.
2. Memeriksa bahan bangunan di lapangan.
3. Membuat benda uji di lapangan untuk uji kekuatan, kelecakan beton.
B.8
Melaksanakan pekerjaan perancah
(34)
1. Menjelaskan penggunaan perancah.
2. Memasang papan duga perancah pada pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
3. Memasang perancah pada pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
B.9
Melaksanakan pekerjaan scafolding
(34)
1. Menjelaskan penggunaan scafolding.
2. Memasang scafolding untuk pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
B.10
Melaksanakan pekerjaan pembesian
(34)
1. Mengidenfikasi peralatan pekerjaan tulangan/pembesian.
2. Melaksanakan pekerjaan persiapan pemasangan tulangan (beton decking, tulangan penyangga).
3. Memasang tulangan/pembesian pada pekerjaan konstruksi gedung, banguan air, jalan dan jembatan
B.11
Melaksanakan pengecoran beton
(84)
1. Merancang campuran beton.
2. Membuat adukan beton segar
3. Melakukan pengecoran beton untuk pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
B.13
Melaksanakan pekerjaan beton pracetak
(50)
1. Mendeskripsikan beton pracetak.
2. Membuat cetakan beton pracetak.
3. Melakukan pengecoran beton pracetak.
4. Memasang beton pracetak pada pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, jalan dan jembatan.
5. Memasang detail sambungan beton pracetak pada pekerjaan gedung, bangunan air, jalan dan jembatan
B.12
Melaksanakan pekerjaan bangunan. (finishing)
(204)
1. Mendeskripsikan pekerjaan finishing.
2. Melaksanakan pasang bata/dinding/bricklayer /bricklaying.
3. Melaksanakan pasang batu/stone (rubble mason)
4. Melaksanakan plesteran /plasterer/solid plasterer.
5. Melaksanakan pasang keramik
6. Melaksanakan pasang lantai tegel, ubin, dan marmer.
7. Melaksanakan pengecatan bangunan
B.14
Melaksanakan pekerjaan jalan
(100)
1. Mendeskripsikan pekerjaan jalan.
2. Menidentifikasi lapisan perkerasan jalan.
3. Melaksanakan pemadatan jalan.
4. Mengidentifikasi jenis pengaspalan jalan.
5. Melaksanakan pekerjaan pengaspalan jalan.