(BAGIAN 3)
3. Dinding Tembok
a.Bangunan sebaiknya tidak dibuat bertingkat
b.Besar lubang pintu dan jendela dibatasi.
c. Jumlah lebar lubang-lubang dalam satu bidang dinding tidak melebihi ½ panjang dinding itu.
d. Letak lubang pintu/jendela tidak terlalu dekat dengan sudut-sudut dinding, misalnya minimum 2 kali tebal dinding.
e. Jarak antara dua lubang sebaiknya tidak kurang dari 2 kali tebal dinding.
f. Ukuran bidang dinding juga dibatasi, misalnya tinggi maksimum 12 kali tebal dinding, dan panjangnya diantara dinding-dinding penyekat tidak melebihi 15 kali tebalnya.
(Gb 7 : Dinding Tembok)
g. Apabila bidang dinding diantara dinding-dinding penyekat lebih besar daripada itu maka dipasang pilaster / tiang tembok.
g. Apabila bidang dinding diantara dinding-dinding penyekat lebih besar daripada itu maka dipasang pilaster / tiang tembok.
h. Balok lintel dibuat menerus keliling bangunan dan sekaligus berfungsi sebagai pengaku horizontal. Balok lintel tersebut perlu diikat kuat dengan pilaster
i. Pilaster diperkuat dengan jangkar. Jangkar dapat terdiri dari kawat anyaman ataupun seng tebal yang diberi lubang-lubang paku seperti parutan.
j. Pada bagian atas dinding dipasang balok pengikat keliling/ring balok. Ring balok dijangkarkan dengan baik kepada pilaster.
k. Pada sudut-sudut pertemuan dinding, hubungan antara balok-balok pengikat keliling (ring balok) perlu dibuat kokoh.
(Gb 9 : Ring Balk dan Penguat Sudut Dinding Tembok)
l. Hubungan antara bidang-bidang dinding pada pertemuan dan sudut-sudut dinding perlu diperkuat dengan jangkar-jangkar. Jangkar dapat berupa seng tebal dengan lubang-lubang bekas paku atau berupa kawat anyaman.
l. Hubungan antara bidang-bidang dinding pada pertemuan dan sudut-sudut dinding perlu diperkuat dengan jangkar-jangkar. Jangkar dapat berupa seng tebal dengan lubang-lubang bekas paku atau berupa kawat anyaman.
(Gb 10 : Penguat Sudut Dinding Tembok)
Sumber : Pelatihan Bangunan Tahan Gempa, Hotel Shafir Jogjakarta Medio April 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar